
Lo bisa bilang MLS itu tempat pemain tua Eropa cari duit terakhir. Tapi kalau ngomongin Josef Martínez, narasinya beda total.
Dia bukan pensiunan. Dia bukan turis.
Dia dateng buat nguasain.
Dan dia ngelakuin itu dengan gaya yang bengal, brutal, tapi elegan.
Josef adalah striker yang main kayak hidupnya dipertaruhkan di setiap peluang. Lari? Maksimal. Pressing? Agresif. Finishing? Maut.
Dari pemain buangan Torino, dia menjelma jadi pencetak gol paling mematikan MLS, MVP, juara, dan legenda klub — dalam waktu kurang dari 3 tahun.
Awal Karier: Dari Venezuela ke Eropa yang Gak Ramah
Josef lahir tahun 1993 di Valencia, Venezuela. Dia memulai karier profesional di Caracas FC, lalu direkrut Young Boys (Swiss).
Dari situ, dia pindah ke FC Thun, dan kemudian gabung klub Serie A, Torino, pada 2014.
Di Torino, dia gak jelek, tapi juga gak bersinar. Masalahnya:
- Dipakai di posisi yang bukan striker murni
- Sering jadi pelapis
- Liga yang super taktis bikin dia gak bisa banyak improvisasi
Akhirnya, dia cuma cetak 13 gol dalam 3 musim.
Padahal, kalau dikasih kebebasan, Josef bisa jadi monster. Tapi Serie A gak ngasih dia ruang buat “nakal”.
Sampai akhirnya, tahun 2017, datang tawaran dari Atlanta United, klub MLS baru yang pengen bikin impact besar.
Atlanta United: Transformasi Jadi Monster Gol
Josef gabung Atlanta United awalnya sebagai pinjaman. Tapi dalam beberapa laga doang, semua udah tahu:
“Ini striker yang bisa ngacak-ngacak MLS.”
Dan bener aja.
Statistik gila Josef di Atlanta:
- 2017 (debut season): 19 gol dalam 20 laga
- 2018 (MVP season): 35 gol, rekor MLS saat itu
- Total: 111 gol dalam 158 pertandingan
Gak cuma jumlah gol, tapi cara dia cetak gol yang bikin publik takjub:
- Buka ruang di antara dua bek, dan finish 1 sentuhan
- Lompat sundulan lawan CB dua kali lebih tinggi
- Lari dari tengah lapangan dan ngelolosin diri sendiri
- Gol dari posisi sempit, bahkan jatuh pun bisa finishing
Josef Martínez bukan striker biasa. Dia selalu haus gol.
Duet Gila Bareng Miguel Almirón
Salah satu alasan kenapa Josef bisa meledak adalah duetnya bareng Miguel Almirón, playmaker Paraguay yang juga jadi bintang Atlanta.
Kombinasi mereka itu bener-bener:
- Speed + kontrol
- Teknik + naluri
- Chaos + disiplin
Almirón nyari ruang, Josef nunggu celah. Satu umpan diagonal = peluang.
Mereka berdua ngerusak banyak pertahanan MLS kayak duo mini-tank.
Saat Almirón pindah ke Newcastle, Josef tetap jadi bintang utama. Tapi chemistry mereka di 2017–2018 jadi salah satu hal paling memorable dalam sejarah MLS modern.
2018: MVP, Golden Boot, MLS Cup, dan Raja Atlanta
Tahun 2018 adalah puncak karier Josef Martínez.
Dia:
- Top scorer (35 gol)
- MLS MVP
- All-Star MVP
- MLS Cup Champion
- MLS Cup Final MVP
Semua penghargaan itu? Dalam SATU MUSIM.
Dan lebih dari itu, dia jadi ikon kota Atlanta. Stadion penuh karena dia. Jersey paling laku? Namanya.
Fans bikin chant khusus. Tato dia disalin fans.
Bahkan ketika dia gak main pun, atmosfer stadion berubah.
Dia adalah raja baru dalam kota yang belum punya ikon sepak bola.
Cedera ACL & Comeback Penuh Drama
Tahun 2020, di laga pembuka MLS, Josef kena cedera ACL parah.
Dia absen hampir satu musim penuh.
Dan buat striker kayak dia — yang main ngandelin ledakan — cedera lutut bisa jadi pembunuh karier.
Tapi Josef? Bukan tipe yang pasrah.
Dia:
- Latihan gila-gilaan
- Dokumentasi proses recovery
- Bikin video comeback sendiri
- Dan bilang: “Gue balik buat nyetak lebih banyak gol lagi.”
Saat comeback, dia gak 100% kayak dulu. Tapi dia masih bisa cetak gol, bahkan sering jadi pembeda.
Masalahnya, hubungan dia sama manajemen & pelatih baru mulai retak.
Keluar dari Atlanta: Akhir Era, Tapi Nama Tetap Abadi
Tahun 2022, Josef resmi cabut dari Atlanta.
Fans kecewa, tapi juga ngerti. Dia udah kasih segalanya.
Dia sempat main di:
- Inter Miami (2023) – Bareng Messi, Busquets, Alba
- CF Montréal (2024) – Masih aktif, masih bisa cetak gol
Tapi… versi “prime” Josef tetap milik Atlanta United.
Nama dia bakal dikenang kayak:
- Zlatan di LA Galaxy
- David Villa di NYCFC
- Wondo di San Jose
Gaya Main: Kecil, Cepat, dan Sadis di Kotak Penalti
Josef cuma 1,70 meter. Tapi dia main kayak tank.
- Pace cepat, akselerasi liar – Sekali ngegas, bek gak sempat atur badan
- Finishing brutal – Kanan, kiri, sundulan, jatuh pun bisa gol
- Dribel pendek kejam – Bisa create ruang di tempat sempit
- Mental “killer” – Gak pernah puas. Kalo bisa cetak 3 gol, kenapa cuma 1?
Kekurangannya?
- Temperamental – Kadang over emosional
- Butuh sistem yang kasih dia bola – Bukan striker yang bisa hidup sendirian
Tapi kalau sistem pas? Dia akan jadi mesin gol nonstop.
Legacy: Striker Latin yang Ngerusak Stereotip MLS
Josef Martínez ngubah narasi MLS:
- Bukan cuma liga pensiunan
- Tapi tempat striker Latin bisa meledak
- Tempat pemain muda bisa jadi legenda
- Tempat insting predator bisa dilihat dunia
Dia datang tanpa banyak harapan.
Pergi sebagai legenda.
Dan di antaranya? Dia kasih MLS era baru yang penuh ledakan.